[RP Close] Interesting Story

Title : Interesting Story
Time : Monday, 1 April (1.00 pm)
Tempat : Di depan Kokoro Restaurant (ntar masuk)
Character : Arashi Matsushita, Ayano Miyuzaki
Plot : Makan di kokoro sambil berbicara tentang cerita misterius itu

---

Siang itu, matahari terlihat terik dan juga panas. Angin yang sesekali berhembus tidak bisa mengalahkan panasnya matahari yang menyengat di kota Sekiguchi itu. Namun Arashi tidak terlalu mengaruh dengan panas itu, dan ia berjalan lebih dulu dari Ayano. Beberapa orang ada yang berbisik bisik dengan sesama lain. Namun ia tidak memikirkan itu. Iapun menoleh ke Ayano, menunggunya. Yang sebenarnya malah membikin banyak desah desuh orang.

Ayano berjalan dibelakang Arashi dengan wajah sedikit kesal. Banyak perhatian yang tertuju pada gadis dan pemuda itu. Karena apa lagi kalau bukan selebriti yang berjalan di depannya. Gadis samurai itu menghela nafas panjang saat Arashi menoleh kepadanya. "Maaf aku lambat," gumam Ayano seakkan mengetahui arti ekspressi pemuda tersebut.

"Sebaiknya percepatkan langkahmu... dan hati hati akan batu yang di depan kakinya..." Gumamnya sambil melihat jalan itu. Ia sudah berpikir pikir sepertinya anak ini ceroboh, nah, sekarang dia tes, Apakah Ayano ceroboh sekali atau apa? Dan tujuannya pun sudah dekat. Arashi juga sesekali melihat kaca kaca toko, yang ada beberapa orang berbisik dan ada yang membawa kamera. Pasti itu paparazi, tapi bodoh ah.

"Iya iya, aku menjaga jarak tau," jawab Ayano berjalan lebih cepat dan lebih hati-hati. Telinganya sudah mulai sakit mendengar pertintah anak itu yang sedikit bossy ditambah dengan orang orang yang perhatiannya mulai berada di Arashi. "Uhh.. Bisakah kau menyuruh mereka diam?" Tanya Ayano yang sedikit kesal dengan orang-orang yang mulai berbicara lebih keras.

"..........." Ia hanya berdiam lagi, dan lalu berjalan ke suatu restoran dekat sana. Iapun masuk, dan memesan tempat VIP. Dan menunyapun sudah dia pesan semua. Iapun terpikir sejenak 'menyuruh diam...? Buat apa, mereka hanya seperti sampah d hadapanku...' pikirnya sambil menunggu Ayano. Ia sebenarnya juga benci keributan dan keramaian.

Ayano kemvbali mengikuti jejak Arashi seperti anak itik mengikuti induknya. 'Uhh.. Apakah dia tidak sadar dia menarik banyak perhatian??"

Gadis itu mengikuti Arashi hingga sampai di restoran. "Kau memesan tempat VIP?" Tanya Ayano. 'Apakah ruangan VIP begitu hebat sampai harus makan disana?' PikirAyano.

"satu patah dariku... Aku benci keramaian.." Gumamnya dan lalu masuk ke dalam ruangan itu. Dan duduk, suasana ruangan itu begitu elegant dan bagus. Dan juga ada aromah seperti susu. Yak, itu yang dia mau. Makananpun sudah tersedia, makanan eropa, jepang, sampai masakan cina pun ada. "pilih apa yang kau mau Ayano.. Dan ruangan ini kedap suara dan tanpa kamera... Maka kau dapat melanjutkan cerita itu tanpa rasa diikuti..." Katanya sambil mulai memilih milih makanan yang ada.

Uhh entah dia mau berniat baik atau apa, tapi entah mengapa aku masih sedikit kesal dengan kesombongannya ini. Ayano hanya memilih semangkuk sup miso hangat dan the. Dia tidak biasa makan terlalu banyak. Mungkin itu kenapa dia begitu kurus. "Lalu.. Apa yang mau kau tanyakkan tadi?" Tanya Ayano.

"Tentang personamu..." Katanya tanpa panjang lebar, matanya melihat kearah Ayano. "Kau punya itu bukan...?" Tanya Arashi lagi, sambil mengambil spaghetti dan milkshake. Ia tau bahwa Ayano mempunyai persona. Karena jika dia berkata pernah melawan shadow, berarti dia mempunyai potensi seperti dirinya bukan? Itulah yan mau dia korek informasinya.

"Tentang personamu..."

"Kau punya itu bukan...?"

Ayano tertegun saat Arashi menyebutkan nama kekuatan yang dibutuhkan di kota tersebut. Apakah aman untuk berkata bahwa ia punya persona sekarang? Lagi-lagi batang clover berdaun delapan muncul di otaknya. Dan mulai menghitungkan keputusannya.

"Uhh..baiklah. Kau juga mempunyainya kan?" Ayano bertanya kembali.

"Uhh..baiklah. Kau juga mempunyainya kan?"

"......." Arashi meminum milk shakenya, lalu melihat ke arah Ayano. "Kau seharusnya sudah tau jawabannya...." Jawabnya lagi sambil melihat arah makanannya. Mencoba berpikir bagaimana caranya untuk mengorek informasi itu. "Ah.... Dan kau tau.. Kelemahan shadow itu? Karena aku kalah saat melawannya.." Tentu saja kata-kata itu bohong, namun raut wajah yang dibikin sang aktor itu seperti membuktikan bahwa itu sebenarnya benar benar terjadi.

"Kau seharusnya sudah tau jawabannya...."

"Yah..aku tau. Kau pasti memilikinya," jawab Ayano menghela nfas panjang. 'aku kan cuma ingin jawaban langsung dari mulutmu,' lanjut Ayano ddi dalam hatinya.

"Ah.... Dan kau tau.. Kelemahan shadow itu? Karena aku kalah saat melawannya.."

"Kalah? Dan kau kabur saat itu?" Ayano bertanya. Aneh, kalau dia akalah berarti dia sudah sekarat sekarang mengetahui jelly-jelly itu sangat menyebalkan sekali. Kabur pun kau maish akan dikejar.

"Kurang lebih...." Katanya sambil memakan habis spaghettinya, dan lalu mengambil HPnya yang berwarna hitam dan gantungan kunci kelinci digantung. Sudah agak lama mereka disini. Dan dia memasukan HPnya lagi. "....... Karena shadow itu terlalu kuat bagiku... yang masih 9 tahun.." Yak, dia berbohong lagi. Sebenarnya dia sudah mengalahkan Shadow itu, berkat personanya yang sedikit mengundang kegelapan itu. Terkadang ia ketakutan melihat personanya.

"....... Karena shadow itu terlalu kuat bagiku... yang masih 9 tahun.."

"Wow..kau sudah melawannya sejak berumur 9 tahun ya," Ayano berkata dengan sedikit kagum. Ya walaupun dia tidak akan mengakui kalau dia kagum sih. Untuk apa kagum kepada orang yang bertemu jelly hitam sial itu?

"Hmm..kelemahannya ya. Sejauh ini aku belum pernah menemukkan kelemahan pasti pada makhluk itu, tetapi mereka mirip dengan persona kita. Memiliki kelebihan dan kelemahan, mungkin bedanya hanya mereka seperti digerakkan oleh sesuatu yang jahat," jawabnya.

'Digerakan??'

"Mengapa kau bisa mengatakan bahwa mereka digerakan...?" Tanyanya mulai penasaran, "Ah.... Dan bagaimana kau ketemu dengan mereka..?" Tambahnya. Apakah Shadow akan keluar d saat kecelakaan? Dan harus d malam hari? Iapun tidak tau.. Karena itu ia harus mencari tau bagaimana orang tuanya mati, dan lagipula, jasab ayahnya masih menghilang sampai sekarang

"Mengapa kau bisa mengatakan bahwa mereka digerakan...?"

"Simpel saja. Mereka seperti memiliki satu tujuan. Dari sana aku tau pasti ada yang menggerakkan mereka. Entah siapakah itu, atau apakah itu," jawab Ayano meminum tehnya.

"Ah.... Dan bagaimana kau ketemu dengan mereka..?"

"Pertama kali bertemu sih saat aku meng-investigasi tentang kematian kakakku. Mereka datang tiba-tiba dari bayangan gedung apartemen," jawab Ayano.

"..... Jadi mereka sepertinya hanya muncul malam hari... dan di saat kecelakaan..." gumamnya sambil lalu meminum milk shakenya lagi sampai habis, dan mulai makan es krim, makanan belakangnya. "... Umur berapa kau saat itu?" Matanya yang berwarna hitam mirip Onyx itu melihat kearah mata coklat Ayano. Lama lama seperti investigasi, pikirnya.

"... Umur berapa kau saat itu?"

Ayano menaruh jari telunjuknya di depan dagunya seraya menutup kedua matanya, berusaha untuk mengingat-ngingat jawaban dari pertanyaan pemuda itu. "Hmm.. Sekitar 3 tahun yang lalu. Berarti saat aku berumur 13 tahun," jawab Ayano. "Dan waktu itu aku sempat trauma. Polisi pun tidak ada yang percaya ceritaku tentang makhluk itu.."

Arashi yang mendengar itu tersenyum, "Hah..... memang polisi tidak akan pernah percaya....." gumamnya sambil menyelesaikan eskrimnya, dan meminta bill. "Sampai sekarang jasab otou-san saja masih belum diketemukan.... Terima kasih pada polisi saat itu, tidak ada yang mengurus kecelakaan yang berurusan dengan makhluk itu..." Gumamnya lagi sambil memainkan garpunya.

"Sampai sekarang jasab otou-san saja masih belum diketemukan.... Terima kasih pada polisi saat itu, tidak ada yang mengurus kecelakaan yang berurusan dengan makhluk itu..."

"Soal kematian kakaku juga.. Tidak ada polisi yang menyelidiki. Mereka bilang mereka akan, tapi mereka tidak mendengar kata-kata anak kecil sepertiku ketika aku memohon pada mereka untuk menyelesaikan kasus kematian itu," Ayano menjawab dengan nada setuju dengan Arashi. "Mereka tidak berguna. Hanya nama mereka saja polisi. Tetapi mereka tidak pernah membantu masyarakatnya.."

"Mereka hanya mau uang... Selesai mendapat uang, tetap mereka tidak akan bekerja dengan benar..." Jawabnya lagi, sambil melihat bil yang diberikan oleh pelayang yang baru datang, dan mengasih kartu kreditnya. "Seandainya jika mereka menyelidiki... Jasab Otou-san pasti ketemu, dan Okaa-san pasti akan senang jika dikubur bersebelahan...." gumamnya lagi.

"Seandainya jika mereka menyelidiki... Jasab Otou-san pasti ketemu, dan Okaa-san pasti akan senang jika dikubur bersebelahan...."

Gadis bersurai kuning itu menunduk. Memang sangat tidak enak membicarakkan orang yang disayangi telah meninggal seperti ini. Ia jadi teringat lagi saat hanya kakaknya yang merawatnya saat ayah dan ibu mereka bercerai karena masalah warisan keluarga. "Ah... Terima kasih untukmakanannya," ujar Ayano. "Jika kepolisian membantu pasti kasus pembunuhan kakaku sudah tuntas.."

Arashi pun melihat atap ruangan itu. "Yah, tidak apa.... Dan memang ini semua kesalahan atas kemalasan polisi itu.." Jawabnya sambil berdiri, mengambil jaketnya. "Terima kasih atas informasimu juga, dan waktumu yang habis karena aku..." Lanjutnya sambil membungkuk sedikit, memang ini kepada redaksi? Tidak tau, karena memang ia sudah lama tidak berbicara kepada orang orang biasa selain manajer dan lain lain.

"Terima kasih atas informasimu juga, dan waktumu yang habis karena aku..."

Ayano tersenyum dan berdiri dari kursinya. "Sama-sama, senang bisa berbagi dengan sesama," ujar Ayano membalas dengan membungkuk. Sudah lama ia tidak melakukan hrmat tradisional sepeerti ini. "Oh.. Dan aku murid Aisuhi. Kau juga murid dari Houkahi atau Aisuhi?"

"Aisuhi..." Jawabnya sambil berdiri tegak lagi. Melihat ke arah Ayano, "Dan jika senjataku adalah tongkat itu..." Lanjutnya sambil menepuk tongkat yang dia bawa daritadi, hanya saja dibawa bawa. "Dan pistol.... Hanya saja itu sebenarnya untuk jaga-jaga dan untuk ka... bur..." Gumamnya lagi, sambil sedikit batuk batuk saat mengatakan kata-kata terakhirnya.