[RP Closed] The Meeting

"Ya mungkin."

Ayano melihat Jesser yang terlihat depresi dimatanya. "Memiliki kekuatan itu bukanlah sesuatu yang buruk. Lagipula kita bisabelajartentang kehidupan dari sana. Aku yakin kalau kita berusaha pasti masalah yang kita hadapi akan segera berakhir," ujar Ayano. "Apalagi jika ada saling percaya kepada partner. Benar kan?" Ayano menoleh ke arah pemuda cuek tadi, seakkan bertanya kepadanya.

"Memiliki kekuatan itu bukanlah sesuatu yang buruk. Lagipula kita bisa belajar tentang kehidupan dari sana. Aku yakin kalau kita berusaha pasti masalah yang kita hadapi akan segera berakhir,"

"Yah, bukannya aku melihatnya sebagai masalah" pikir Jesser. Dia memang tidak pernah marah ataupun menyesali segala sesuatu yang sudah terjadi padanya.

"Apalagi jika ada saling percaya kepada partner. Benar kan?"

Melihat Ayano berpaling kearah perempuan dihadapannya, Jesser juga ikut berpaling sambil berkata. "Benar..."

"Apalagi jika ada saling percaya kepada partner. Benar kan?"

"Benar..."

Mendengar perkataan dari perempuan berambut kuning dan disertai jawaban oleh lelaki barat tersebut, Haku mengangkat kepalanya dan mengerutkan dahinya. "Apakah itu sebuah sindiran?" Suara Haku kembali menjadi normal dari sebelumnya, suaranya sudah bersih. Tetapi suara ke-lelaki-annya masih melekat disuaranya tersebut.

"Aku bahkan tidak tahu harus membanggakan kekuatan ini, atau menyesalinya." Haku mulai berusaha untuk mengikuti percakapan, tetapi kepalanya menunduk dan memejamkan matanya. Dia menghembuskan nafas, "Kalian juga pasti sudah melawan makhluk aneh itu, kan?" tanya Haku dengan bahasa Jepang yang lumayan mahir.

"Benar..."

"Sebenarnya aku sedikit menyesal ketika mengetahui kekuatan itu.. Tapi yang sudah terjadi tidak bisa diulang lagi.." ujar Ayano.

"Apakah itu sebuah sindiran?"

Ayano tertawa, "siapa yang menyindirmu? Kau merasa tersindir?" Ayano membalasnya dengan kembali tertawa. Ah! Ternyata laki-laki itu sangat lucu, pikir Ayano. Tunggu..suara laki-laki itu seperti berubah..

"Aku bahkan tidak tahu harus membanggakan kekuatan ini, atau menyesalinya."

"Tidak ada gunanya menyesal, kau sudah mendapatkannya, kau tidak bisa memutar balik waktu," jawab ayano pada komentar anak itu.

"Kalian juga pasti sudah melawan makhluk aneh itu, kan?"

Ayano menghela nafas, kenapa dihari yang panas selalu adapembicaraan tentang jelly hitam itu? Pikirnya dalam hati. "Aku sudah melawannya sejak berumur 13 tahun," jawabnya santai. "Kira-kira 2-3 tahun lalu.."

Jesser hanya terdiam memutar bola matanya melihat Ayano dan perempuan inggris itu berseteru, "perempuan..." pikirnya pasrah.

"Kalian juga pasti sudah melawan makhluk aneh itu, kan?"

"Aku sudah melawannya sejak berumur 13 tahun, Kira-kira 2-3 tahun lalu.."

Tampaknya mereka sedang membicarakan hal yang sama, makhluk hitam tak berbentuk yang dikatakan telah membuat kota ini berbahaya. "Aku baru melihat mereka tahun lalu." Ujar Jesser.

"siapa yang menyindirmu? Kau merasa tersindir?"

Haku hanya bisa membuang muka dari pandangan perempuan ramah itu. Dia tidak biasa dengan orang 'baru', bahkan dia menghindari mereka. Tetapi saat ini, entah mengapa, dia ingin ikut bercakap-cakap dengan dua orang yang baru ditemuinya.

"Tidak ada gunanya menyesal, kau sudah mendapatkannya, kau tidak bisa memutar balik waktu,"

Haku menangkap dipikirannya, bahwa yang dikatakan oleh perempuan itu benar. "Yah, apaboleh buat. Aku hanya menganggapnya sebagai mimpi terburuk dalam hidupku." Haku tersenyum kecil. Tetapi pandangannya yang dingin tidak menghadap ke perempuan pendek itu.

"Aku sudah melawannya sejak berumur 13 tahun," "Kira-kira 2-3 tahun lalu.."

"Aku baru melihat mereka tahun lalu."

Haku merasa dia adalah orang yang paling lambat melawan makhluk yang disebut Shadow itu. Dia baru bertemu, dan melawannya 3 bulan lalu. Orangtuanya memang mengetahui tentang situasi luar negeri, jadi Haku dipindahkan kekota ini oleh orangtuanya. Tetapi setelah itu tidak mengucapkan apa-apa.

"Aku baru melihat mereka tahun lalu."

"Pasti sangat sulit untuk meyakinkan diri bahwa makhluk itu ada kan?" ujar gadis berambut kuning itu tersenyum simpul.

"Yah, apaboleh buat. Aku hanya menganggapnya sebagai mimpi terburuk dalam hidupku."

"Kekuatan ini masuk kedalam barisan pembawa keberuntungan dan pembawa kesialan bagiku. Aku beruntung memilikinya, dengan begitu aku bisa hidup sampai sekarang. Dan kesialannya.. Kadang kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.. Hanya itu yang kupikirkan saat akumulai mengerti apa gunanya kekuatan ini.." ujarnya. "Lalu, sejak kapan kau bertemu makhluk itu?" tanya Ayano pada laki-laki yang sudah mulai terbuka itu.

"Kekuatan ini masuk kedalam barisan pembawa keberuntungan dan pembawa kesialan bagiku. Aku beruntung memilikinya, dengan begitu aku bisa hidup sampai sekarang. Dan kesialannya.. Kadang kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.. Hanya itu yang kupikirkan saat akumulai mengerti apa gunanya kekuatan ini.."

Kata-kata Ayano membuat Jesser berpikir dalam diam, dia tidak merasa beruntung atau sial memiliki kekuatan ini.... Memang pendiriannya yang bersikap netral terhadap segala sesuatu sangatlah kuat.

"Lalu, sejak kapan kau bertemu makhluk itu?"

Jesser ikut menoleh dan menunggu jawaban dari perempuan dihadapannya.

"Kekuatan ini masuk kedalam barisan pembawa keberuntungan dan pembawa kesialan bagiku. Aku beruntung memilikinya, dengan begitu aku bisa hidup sampai sekarang. Dan kesialannya.. Kadang kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.. Hanya itu yang kupikirkan saat akumulai mengerti apa gunanya kekuatan ini.."

Haku merasa dia sangat setuju dengannya. Tetapi dia masih tidak terima apa yang dia telah peroleh, karena hal tersebut membuat badannya terluka dan lemah.

"Lalu, sejak kapan kau bertemu makhluk itu?"

Haku terdiam. Dia bingung apa dia harus menjawab atau tidak. Tapi dia tidak punya pilihan. "...aku baru bertemu, dan melawan makhluk itu... 3 bulan yang lalu." Haku tetap melipat kedua tangannya didepan dada dengan tampang dingin. Aksen Inggrisnya sedikit memudar, dia berbicara layaknya ucapan orang Jepang.

"...aku baru bertemu, dan melawan makhluk itu... 3 bulan yang lalu."

"Tiga bulan lalu?!" tentu saja Ayano terkejut dengan pemuda di depannya. Dia baru saja bertemu makhluk kenyal itu 3 bulan yang lalu, dan sekarang ia terlihat tenang tanpa rasa takut. Ia sendiri saja butuhhampir setengah tahun untuk tidak mengurung diri dirumahatau ditempat psikiatris. "Kaliat berdua hebat..bisa langsung terjun ke lapangan padahal kalian baru mempelajarinya kurang dari 1 tahun.."

"...aku baru bertemu, dan melawan makhluk itu... 3 bulan yang lalu."

Jesser mengakui perempuan inggris ini memang sangat berani, meskipun baru 3 bulan saja bertemu makhluk-makhluk itu.

"Kalian berdua hebat..bisa langsung terjun ke lapangan padahal kalian baru mempelajarinya kurang dari 1 tahun.."

Jesser menggeleng mendengar perkataan Ayano, "Aku tidak mempelajarinya." dia berkata lalu tertawa kecil. "Aku hanya bisa memahaminya." pengalaman pertamanya menggunakkan kekuatan itu telah cukup mengajarinya banyak hal, bahkan tentang dirinya sendiri.

"Kaliat berdua hebat..bisa langsung terjun ke lapangan padahal kalian baru mempelajarinya kurang dari 1 tahun.."

Haku merasa terpuji. Padahal dia berpikir orang yang sudah lama melawan Shadow adalah orang yang paling berpengalaman. Sikap membanggakan dirinya muncul didalam diri Haku. "Ya... tetapi, hal itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Bahkan..." Haku terdiam. "...ah tidak, hiraukan saja."

Haku membuang muka dan mengusap wajah sebelah kanannya. Mata kanannya yang merah terlihat jelas karena mata itu berkilau. Sebenarnya dia ingin menyembunyikan rahasia mata kanannya itu, tetapi setiap kali dia kebingungan atau pusing, secara tidak sadar dia selalu mengusap wajah yang tersembunyi oleh rambutnya itu. Lalu dia melepas tangan kanannya dengan pelan dari wajahnya, dan merangkul dagunya.

"Aku hanya bisa memahaminya."

"Wah kau sangat bijaksana!" Ayano tertegun mendengarperkataan Jesser yang sungguh membuat matanya melebar. Tidak disangka ada anak muda sebijaksana itu.

"Ya... tetapi, hal itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Bahkan..." Haku terdiam. "...ah tidak, hiraukan saja."

Ayano menjadisuka melihat pemuda itu. Entah mengapa dia snagat lucu jika sifat dinginnya itu luluh. Saat pemuda itu mengusap wajah bagian kanannya tidaksengaja Ayano menangkap sesosok cahaya merah di sana. "umm... Maaf jika bertanya.. Tetapi mata kananmu.."

"Wah kau sangat bijaksana!"

"Ngg..." Jesser tidak biasa menerima pujian, bahkan dia tidak biasa mengucapkan terima kasih pada orang lain. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu dan melihat jam di tangannya. "Ah, maafkan aku Ayano-san. Sepertinya aku harus pergi..." diapun menyeret koper miliknya dan memasuki lift dengan tergesa-gesa.

[OUT]

"umm... Maaf jika bertanya.. Tetapi mata kananmu.."

Kepala Haku melonjak terangkat ketika mendengar pertanyaan tersebut. Dia melakukan hal itu setiap kali saat dia berada disuatu masalah, apalagi dengan secara tidak sadar. "...ini," Haku tidak bisa mengatakan hal apapun. Berat untuknya mengatakan hal tentang mata merahnya itu. "...bukan apa-apa." Akhirnya dia tersenyum hanya untuk menyembunyikan rahasianya, walaupun itu secara terpaksa dan jelas terlihat dimukanya.

Lalu dia melihat lelaki berbadan tinggi dan pirang itu meninggalkan tempat. "...orang aneh." Pikirnya dengan menggunakan bahasa Inggris.

"...bukan apa-apa."

'Tentu saja itu bukan sesuatu yang 'bukan apa-apa,' pikir Ayano. 'Yah..setiap manusia memang mempunyai rahasia, jangan dorong dia untuk bercerita, Ayano..'

"Ah..sudah waktunya kembali ke dojo.." pandangan Ayano terpenjarat kepada jam dondong di Lounge. "Aku harus pergi.. Jika kauingin menemuiku pergilah ke lantai 8, dan namaku Ayano Miyuzaki," ujar Ayano membenarkan posisi katananya. "Sampai jumpa.." ia berjalan menuju keluar apartemen untuk mengurus dojo kembali.

[Out]

Melihat perempuan berambut kuning yang bernama Ayano itu, Haku pun sendiri ditempat itu. "Mata merah... ya..." ucap Haku dengan bahasa Inggris.

Tidak seperti biasanya, dia bercakap-cakap seperti ini. Dia bahkan belum menyebut namanya. "...menyebalkan," Haku menepuk wajah sebelah kanannya dan menggenggamnya dengan erat. Lalu diapun berdiri dengan tegak. "...perut yang mengganggu. Kurasa tadi aku melewati restoran..." Haku mengucapkan kalimat itu menggunakan bahasa Inggris dengan sempurna.

Lalu dia berjalan keluar, meninggalkan Lounge Kushi Apartment.

[OUT]